Rabu, 01 April 2009

WELCOME

Wuih. . . . . .aku seneng banget nih, akhirnya blog pertamaku jadi walaupun masih kosong melompong. Sebenarnya dari dulu aku pengen buat blog, tapi gag punya waktu, maklum orang sibuk.

Blog pertamaku ini, bersamaan dengan launching sigle terbarunya Afgan yg berjudul Bukan Cinta Biasa yg juga ost. Dari film yg berjudul sama. Aku ini penggemar beratnya Afgan loh. . . . .

Jadi buat para Afganisme, Welcome to my bLog which full of Afgan News.

Ehm. . . . kita kembali yuk ke masa lalu n kita cerita-cerita tentang awal karier sang idola, of course he is Afgan Syah Reza.

Sekilas tentang biografi Afgan

la dinamai Afgan oleh ayahn ya, Loyd, karena pada saat ia lahir, Afganistan sedang dilanda peperangan. Afgan adalah kependekan dari Afganistan. Tadinya nama aslinya “Afganistan” beneran, sudah masuk di akte juga. Tapi tiba-tiba diganti lagi menjadi Afgansyah Reza karena Bokapnya takut kalo anaknya dicekal dan susah ke luar negeri. Afgan sendiri merupakan anak kedua dari empat bersaudara pasangan Lola Purnama dan Loyd Yahya. Lahir di Jakarta, 27 Mei 1989, ia besar dalam keluarga penikmat musik, yang kemudian membuka kesempatan dirinya mengembangkan karir.

Afgan Syah Reza adalah seorang pendatang baru dalam dunia musik Indonesia. Kehadirannya ditandai dengan debut albumnya CONFESSION NO.1 pada Januari 2008. Dalam album yang diproduksi oleh Wanna B Production dan didistribusikan oleh PT Sony-BMG itu terdiri dari 13 lagu. Di mana sebagai lagu andalan lagu Terima Kasih Cinta, Klise dan Tanpa Batas Waktu yang video klipnya dibintangi Thalita Latief dengan sutradara Jose Purnomo.

Terjun ke dunia musik, kata Afgan, awalnya iseng-iseng nyanyi. Sekitar pertengahan 2007 ia bersama teman-temannya main ke Studio Wanna Be, yang belakangan jadi label rekaman. Sepulang dari studio, pihak studio mencari – cari afgan dan menawarkan rekaman. Afgan sendiri menganggap tawaran itu isapan jempol belaka. Ia sama sekali tidak tertarik. Ia tahu betul bahwa dirinya sangat pemalu dan termasuk pribadi yang tertutup. Tetapi keyakinan itu muncul setelah ia mengetahui idolanya Dian Pramana Putra akan menyumbangkan lagu untuk materi albumnya. Ia pun berusaha mencoba. Saat proses recording album perdana ia kesulitan menunjukkan kemampuan olah vokal di hadapan banyak orang. Sifat pemalunya kumat. Kendati berada di dalam studio kepercayaan dirinya sudah porak-poranda. Tak sepatah kata pun keluar dari bibirnya. Ia malah diam saja.

Sifat pemalu, kata Afgan, memang bawaan sejak kecil. Ia pun tidak bisa menjelaskan kenapa bisa menjadi seperti itu. Bahkan, ketika duduk di bangku sekolah dasar orang tuanya sampai dipanggil guru karena dirinya jarang sekali bicara dengan teman-temannya. Duduk di bangku SMP sampai SMA sifat itu masih saja melekat. Kepercayaan dirinya belum terangkat. Ia tidak bisa bergaul dengan teman-teman sekolahnya, malah cenderung menghindar. Karena sifat itu pula, tutur Afgan, orang-orang di sekitarnya memandang dirinya sebelah mata. Mereka menilai Afgan tidak akan menjadi apa-apa. Hal itu membuat mentalnya terpuruk.

Namun, sekarang Afgan jauh berbeda. Dimulai saat enam bulan masa produksi album perdana. Seminggu sekali produser dan label memaksanya tampil di atas panggung café menyanyikan materi albumnya sendiri. Tujuannya, tentu saja mengangkat kepercayaan dirinya. Saat itu batin Afgan tersiksa. Dua hari sebelum pentas di kafe ia kerap dihantui demam panggung. Pikirannya kalang kabut. Ia stres berat bahkan sampai masuk rumah sakit segala. Tetapi, lambat-laun ia merasakan manfaatnya. Keberaniaannya mulai terkumpul. Pelan tapi pasti ia pun bisa bernyanyi di depan umum sekaligus berinteraksi dengan penonton.
Tapi, kini Afgan adlah solois muda yg karirnya cukup besinar sepanjang tahun 2008. Dia berharap perjalanan karirnya sejalan dengan pendidikannya. Setelah mengundurkan diri dari UI, Afgan kini resmi menjadi mahasiswa Monash University jurusan Manajemen Bisnis, Australia. Afganpun siap meninggalkan Indonesia untuk menimba ilmu disana pertengahan tahun 2009.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar